Go Green Erlangga 10 cara mengendalikan biaya pemasaran Ditulis oleh Administrator | |
Monday, 16 October 2006 | |
Pengarang : Robert W. Bly adalah seorang copy writer periklanan dan konsultan spesialis yang berfokus pada pemasaran langsung dan pemasaran antar bisnis. Ia telah berpengalaman 25 tahun menyusun materi pemasaran bagi berbagai klien ternama seperti AT&T, IBM, dan Lucent Technologies. Ia juga telah menulis sedikitnya 50 judul buku, termasuk di antaranya The Complete Idiot’s Guide to Direct Marketing.The Copywriter’s Handbook, dan sebuah buku klasik The Elements of Technical Writing. Terbitan PT. Penerbit Erlangga Hal. 129-130
|
Senin, 15 Desember 2008
tugas institutional advertising 2
tugas institutional advertising 1
Citra Pertamina Lewat Iklan
Sudah bertahuntahun saya bekerja di perusahaan ini, mungkin baru sekarang saya melihat ada suatu upaya besar untuk mentransformasikan Pertamina dari suatu perusahaan BUMN yang semula jago kandang menjadi entitas bisnis
kelas dunia. Tentu hal ini patut kita dukung semua. Tokh, kita juga tidak ingin Pertamina menjadi kerdil hanya karena kehadiran pemain-pemain asing yang semakin banyak masuk ke Indonesia.
Hobi saya menonton teve dan baca koran, karena itu saya ingin sedikit mengemukakan pikiran saya tentang Pertamina dari apa yang saya lihat di layar kaca dan halaman media cetak.
Saya senang saja melihat Pertamina sudah rajin memasang iklan, bahkan di salah satu stasiun teve, iklan Fastron nongkrong setiap saat. Tetapi kemudian setelah melihat iklaniklan Pertamina yang lain, saya berpikir bahwa tampaknya iklan-iklan tersebut berjalan sendiri-sendiri. Artinya, iklan yang satu tidak saling melengkapi atau menunjang iklan yang lain.
Secara pribadi saya awam dengan dunia komunikasi dan advertising, tetapi saya yakin dalam beriklan, ada dua yang ingin kita tampilkan, pertama, perusahaannya. kedua, produk-produknya. Ketika mengiklankan perusahaan, yang harus ditampilkan adalah seperti apa image atau citra yang ingin kita bentuk di masyarakat. Karena itu tayangan visualnya juga haruslah mengesankan. Mungkin kita bisa ambil contoh iklan-iklan yang mengesankan, seperti dahulu iklan (maaf, menyebutkan nama perusahaan lain tetapi bukan perusahaan minyak lho...) IBM dengan latar belakang lagu yang popular, atau iklan Marlboro dengan suasana country dan koboinya. Bisa juga benchmark dengan iklaniklan korporat dari perusahaan penerbangan atau bank. Melihat iklan itu, atau mendengar jingle-nya saja, orang sudah dapat
mengasosiasikan dengan nama perusahaan tertentu. Hal ini belum saya dapatkan dari iklan-iklan Pertamina di layar kaca. Apalagi di media cetak.
Kadang, iklan-iklan itu tampil dengan slogan Always There, lain waktu dengan slogan Selalu Hadir Melayani. Saya heran, kenapa harus ada dua ‘slogan', kenapa tidak satu saja seperti (terpaksa harus menyebut nama perusahaan lagi) Telkom dengan Committed to Younya, atau mungkin dengan BCA yang gencar dengan Welcome to BCA-nya.
Yang juga saya anggap kurang pas adalah ketika saya melihat iklan-iklan produk. Iklan-iklan produk selalu mencantumkan nama fungsi yang membuatnya, seperti Pertamina Pelumas, Pertamina Aviasi, Pertamina Non-BBM, dll. Disertai alamat kontak mereka.
Hal ini tidak pernah saya jumpai dalam iklaniklan perusahaan lain ketika menampilkan produknya. Misalnya saja ketika Unilever memasang iklan shampo, sabun, pasta gigi mereka cukup menampilkan satu nama perusahaan. Yakni Unilever. Tidak ada embel-embel Unilever Divisi Shampoo, Unilever bagian sabun atau yang lain. Atau ketika sebutlah pesaing kita Shell menampilkan iklan produk mereka seperti Helix, dia juga tak perlu menyebutkan bahwa iklan itu dibuat Shell Divisi Pelumas.
Bagi saya lagi-lagi sebagai orang awam, dalam setiap menonton/membaca iklan produk rasanya masyarakat konsumen cukup perlu tahu produk yang diiklankan itu buatan perusahaan mana. Masyarakat tidak merasa perlu tahu iklan itu buatan Divisi atau Fungsi atau departemen apa dari perusahaan itu.
Kalau saya boleh sebut ‘egoisme' fungsi itu, sebagai penonton kita malah melihat ada ketidakkonsistensian di dalamnya. Seolah-olah, masing-masing fungsi ingin menonjolkan kinerjanya. Yang ujungujungnya kita sebagai
penikmat tayangan iklan jadi terganggu. Sebab, terlalu banyak pesan yang ingin disampaikan. Pertanyaannya sekarang
adalah, apakah iklan-iklan yang mengusung "egoisme" kefungsian itu efektif? Wallahualam, saya agak meragukan.
Saya hanya berharap agar iklan-iklan Pertamina, baik di layar kaca maupun di media cetak, terintegrasi. Apapun iklannya, antara nama besar Pertamina dan nama produk harus saling mendukung. Iklan perusahaan harus menjadikan
produk kita bertambah nilai jualnya. Demikian juga dengan iklan produk yang harus membawa nama perusahaan sehingga makin dikenal dan akrab olah masyarakat. Yang ujung-ujungnya apalagi kalau bukan produk Pertamina terdongkrak penjualannya dan nama Pertamina keseluruhan (terlepas dari produk jualan Aviasi, Pelumas, Retail,
atau yang lainnya) menjadi makin akrab dan dipercaya oleh masyarakat.tugas public relation advertising 2
Interaktive Digital Public Relations
Kehadiran blog sedikit banyak telah merubah cara masyarakat berkomunikasi dan berinteraksi. Di industri public relations sendiri, kehadiran dan pengaruh blog semakin diperhitungkan karena blog merupakan medium yang secara langsung menyuarakan pandangan masyarakat tanpa melalui filterasi sang penjaga gerbang (media) dan blog, terbukti mampu merubah cara pandang masyarakat terhadap sebuah isu dan terhadap sebuah organisasi.
Di Indonesia sendiri belum banyak perusahaan yang secara aktif menempatkan blogger sebagai partner komunikasi. Padahal, layaknya pemerintah, perusahaan membutuhkan lawan bicara yang bisa mewakili stakeholder perusahaan tersebut.
Sebagai contoh, bila sebuah perusahaan bergerak di bidang fashion anak muda, maka perusahaan membutuhkan lawan bicara dari kelompok remaja di mana mereka merupakan target market perusahaan tersebut. Dengan melakukan komunikasi aktif-persuasif dengan para remaja, perusahan tadi bisa mengetahui lebih dalam apa yang diinginkan oleh para remaja (konsumen) dan mengembangkan program-program komunikasi untuk mempertahankan mereka. Dan blog merupakan salah satu medium terbaik untuk melakukan dua tujuan tadi, mengetahui apa yang diinginkan publik dan mengetahui apa yang harus diintegrasikan dalam program komunikasi untuk mempertahankan pandangan positif terhadap perusahaan.
Kesulitan yang biasanya ditemukan adalah, para pembuat keputusan masih belum mengenal blog, dan kalaupun sudah tahu, mereka masih terlalu berhati-hati terhadap kemampuan interaktif blog. Ada semacam kekhawatiran bahwa dengan membuka pintu "percakapan" bisa menempatkan perusahaan dalam "bahaya". Selain itu, perusahaan juga sering menemukan kesulitan untuk menentukan blogger mana yang seharusnya di engage.
Penentuan siapa yang sebaiknya di engage merupakan proses trial dan error. Meng-engage blogger terkenal belum tentu pararel dengan efektifitas, walau blogger terkenal mempunyai kapasitas untuk membuat perusahaan mendapatkan exposure yang lebih tinggi. Tapi bukan itu esensinya. Menengage blogger bukanlah untuk mendapatkan exposure (itu tugas marketing dept), tetapi untuk mendapatkan lawan bicara yang benar-benar merepresentasikan stakeholder perusahaan.
Dari sekian banyak blogger yang tersebar, Blogger Mums, adalah salah satu kelompok blogger yang layak dipertimbangkan sebagai lawan bicara perusahaan. Blogger Mums adalah para Ibu yang dengan rutin menulis kisah, pemikiran, dan pandangan mereka di blog. Walau pada tahap sekarang ini Blogger Mums masih lebih sering menulis tentang anak, keluarga, suami, dan pekerjaan mereka, tetapi ini tidak berarti terbatas pada topik-topik tersebut.
Meng engage para ibu sebenarnya sudah sering dilakukan. Sebagai contoh, Iklan sabun pembersih piring, Sun Light, adalah salah satunya. Metode yang selama ini Sun Light lakukan cukup berhasil, hanya saja masih mengandalkan iklan sebagai penggeraknya.
Andaikata Sun Light juga men engage para Blogger Mums, Sun Light juga bisa mendapatkan insight yang tidak bias dan bukan didorong oleh keinginan untuk mendapatkan kompensasi (seperti yang terlihat dalam iklan). Insight-insight seperti inilah yang lebih merepresentasikan padangan masyarakat terhadap Sun Light dan memungkinkan Sun Light untuk lebih objektif dalam positioningnya.
Selain itu, Blogger Mums juga bisa berperan sebagai lawan bicara yang cerdas, berpengaruh, dan bukan tidak mungkin, Blogger Mums menjadi change agent yang dapat membantu merubah persepsi masyarakat di kala perusahaan dalam sebuah krisis.
Namun demikian, pendekatan aktif-persuasif kepada Blogger Mums yang saya sebutkan di atas, akan sangat bergantung kepada kesiapan organisasi yang bersangkutan untuk mau mengadopsi dan beradaptasi dengan teknologi blog itu sendiri. Lebih jauh, pendekatan aktif-persuasif biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama sebelum menunjukkan hasil. Ini karena pendekatan aktif-persuasif merupakan kegiatan pembangunan kepercayaan dengan memposisikan Blogger Mums sebagai lawan bicara yang sejajar dengan perusahaan dan bukan semata-mata hanya sebagai target market.
tugas public relation advertising 1
3)Nationality
5) Occupation / Age
7) Next of kin
8) Amount won
9) Lottery date
Also this winning is valid for THREE WEEKS and failure
to issue claims after this period will automatically void your
payment. Remember to quote your ticket number, serial number and
lucky number in your future correspondence and most importantly as part of our security protocol you are to quote this security code MSW/JUN/SS06 to the Foreign Service Manager, this is to prevent scam.We are sorry for the late information.
tugas corporate identity advertising 2
HUBUNGAN BUDAYA KORPORAT DENGAN TANDA VISUAL DARI IDENTITAS KORPORAT BANK MANDIRI, BANK NIAGA,
DAN BPR KARYAJATNIKA SADAYA
Oleh : Christine Claudia Lukman, S2 - Design
Dibuat : 2005-00-00, dengan 1 file
Keyword :
the appropriate design of a logo is designed based on the understanding of the corporate culture, target audience, and semantic demand.
Nomor Panggil (DDC) :
T 760 LUK
Sumber pengambilan dokumen : 20051000
ABSTRAK:
Bank Mandiri, Bank Niaga, dan BPR Karyajatnika Sadaya adalah tiga buah bank yang memiliki identitas korporat (perilaku, komunikasi, dan desain korporat) yang berlainan karena adanya perbedaan pada budaya korporatnya. Budaya korporat adalah sistem nilai yang diyakini oleh semua anggota organisasi dan yang dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat, dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam organisasi untuk mencapai visi dan misi perusahaan. Budaya korporat yang tidak kasat mata dijadikan terlihat melalui identitas korporatnya, termasuk pada desain logonya.
Untuk mengetahui makna semantikal ketiga logo bank tersebut, serta hubungan antara budaya korporat dengan tanda visual dari identitas korporatnya dilakukan penelitian kualitatif deskriptif melalui studi kasus 3 bank (embedded case study research) dalam kurun waktu I tahun (April 2003 - April 2004). Sumber data berasal dari informan, lingkungan kerja dan perilaku karyawan, serta media desain komunikasi visualnya. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi langsung, mencatat dokumen, serta dokumentasi fotografis dan digital. Kajian semantik terhadap data dilakukan melalui beberapa tahap, yakni deskripsi, analisis, interpret asi (secara hermeneutik), dan penilaian.
Dan hasil pengkajian tersebut disimpulkan bahwa desain logo yang tepat dirancang berdasarkan pemahaman terhadap budaya korporat, target audience, dan semantic-demand. Desain logo yang'estetis' tidak dapat dijadikan ukuran keberhasilan/ketepatan. Bagi masyarakat yang terpelajar, citra adalah hal penting, yang turut diperhitungkan dalam memilih suatu bank. Logo bukan hanya alat identitas dan legalitas saja, tetapi bagian dan citra, karena itu desainnya harus sophisticated dan estetis. Berbeda dengan nasabah dari golongan menengah ke bawah yang tidak rnempermasalahkan citra. Pemilihan bank didasarkan alasan pragmatis, seperti dapat dipercaya, bunga tinggi, mudah memperoleh kredit, dan pelayanan memuaskan. Logo berperan sebagai alat identitas dan legalitas saja, karena itu desainnya harus sederhana dan informatif(menuliskan secara lengkap jati dirinya).
Desain logo yang sophisticated acapkali memakai metafora. Pita pada logo Bank Mandiri merupakan metafora pengikat 4 bank yang dimerger. Logo tersebut merupakan metafora dari budaya korporat yang berorientasi ke dalam (menggalang persatuan agar menjadi bank yang kuat dan dapat dipercaya). Sedangkan logo Bank Niaga merupakan metafora dari budaya korporatnya yang berorientasi ke luar yakni memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah. Metafora hanya sesuai digunakan pada logo yang target audience-nya dari golongan menengah ke atas.
tugas corporate identity advertising 1
identitas perusahaan atau Corporate Identity Manual
(CIM) yang memuat tentang tata cara dan prosedur
penggunaan identitas perusahaan dalam berbagai aplikasi.
Tujuannya memberikan acuan yang jelas bagi seluruh
karyawan Lonsum perihal identitas karyawan maupun
perusahaan agar kaidah-kaidah pengunaan identitas
perusahaan dapat dilakukan dengan benar. Dengan
menggunakan corporate identity (CI) yang jelas, maka jati
diri dan perusahaan akan dapat dibedakan dengan lainnya
sehingga akan memberikan citra yang baik dan positif serta
kepercayaan. Adapun contoh dari perubahan yang terdapat
dalam CI yang baru adalah pengaturan posisi logo dalam
kartu nama, kop surat, memo dan lain-lainnya.
.
Dengan tujuan dan fungsi yang ‘sakral’ itulah banyak
perusahaan rela merogoh koceknya demi sebuah CI. Karena
CI yang baik tak bisa dibuat secara sembarangan. Ia
memerlukan pemikiran, riset, dan kreativitas yang tinggi.
Pun begitu dengan pembuatan CI Lonsum, pihak yang
merancangnya harus memikirkan setidaknya budaya
perusahaan, core business, visi dan misi perusahaan, serta
seabrek pertimbangan lainnya.
Pada perkembangannya, CI seringkali disempitkan hanya
sekedar menjadi logo. Pandangan seperti ini tak sepenuhnya
salah, walau kurang tepat. Ini bisa dimaklumi, karena logo
perusahaanlah yang paling sering dilihat dan dipampang
secara umum. Sekedar contoh, banyak diantara kita
mengenal dengan baik logo Garuda Indonesia, IBM, atau oli
Top 1. Tapi seberapa banyak yang pernah melihat bentuk
kop surat, kartu nama, atau bahkan bentuk memo dari
perusahaan-perusahaan itu.
Perusahaan berskala internasional seperti McDonald bahkan
menampilkan satu kesatuan antara desain eksterior dan
interior setiap restorannya termasuk pakaian pelayannya,
kantong belanja, atau meja dan kursinya. Jadi kita dapat
menemui pemandangan yang sama antar restoran McDonald
di seluruh dunia, apakah itu di New York, London, Moskow,
Beijing, Jakarta, atau Medan.
Frank Jefkins, seorang ahli komunikasi dari Amerika Serikat,
menekankan pada dua hal yang terpenting dalam melahirkan
CI. Pertama, pilihan warna. Memilih warna bukanlah
pekerjaan mudah, karena dari warna akan tersimbolkan
banyak hal yang berkaitan dengan perusahaan. Misalnya,
perusahaan agro industri cenderung menggunakan warna
hijau sedangkan maskapai penerbangan atau perusahaan
shipping umumnya memakai warna biru sebagai warna
dominannya. Walaupun begitu, menemukan warna yang
benar-benar berbeda dari lainnya bukanlah pekerjaan
mudah.
Kedua, pemilihan huruf. Memilih huruf merupakan pekerjaan
gampang-gampang susah, karena setiap huruf memiliki
karakter yang berbeda. Selain itu kita juga harus
mempertimbangkan bila huruf itu dicetak dalam berbagai
ukuran. Ada huruf yang mudah terlihat tapi bila dicetak dalam
bentuk kecil menjadi sulit dibaca. Belum lagi keterbatasan
mesin cetak dalam menyediakan bentuk huruf.
Di Lonsum, CI saat ini tengah disosialisasikan secara
bertahap ke seluruh karyawan. Corporate Communication
Division yang bertanggungjawab terhadap proyek ini sedang
memperbanyak sebuah buku petunjuk (manual book) yang
berisi tentang sejumlah hal yang berkaitan dengan identitas
perusahaan. Rencananya, petunjuk itu juga akan dicetak
dalam compact disc (CD) dan ditampilkan di intranet.
Latar belakang menghadirkan CI yang baru setidaknya
dilandasi dua hal yaitu kebanggaan dan keseragaman. Kita,
sebagai karyawan Lonsum, tentu bangga dengan
perusahaan yang tahun depan genap berumur satu abad
ini. Banyak yang bisa dibanggakan dari perusahaan ini,
salah satunya adalah terpeliharanya loyalitas. Anda tentu
mengetahui bahwa banyak karyawan Lonsum yang sudah
mengabdi kepada perusahaan ini selama puluhan tahun.
Maranthika, yang sosoknya ditampilkan di Majalah Lonsum
edisi kemarin, bahkan merupakan generasi keempat dari
keluarganya yang bekerja demi Lonsum. Kebanggaan itulah
yang akan divisualisasikan dalam CI.
Sedangkan keseragaman amat diperlukan dalam setiap
perusahaan, tak terkecuali Lonsum. Keseragaman bukan
saja sekedar enak dilihat tapi dari keseragaman bisa diartikan
bahwa Lonsum memegang disiplin secara teguh dan memiliki
etos kerja yang tinggi. Di era globalisasi yang serba digital
ini persaingan semakin ketat, maka hanya orang-orang yang
memegang teguh kedisplinan dan etos kerja yang tinggi
yang akan jadi pemenang.